Etimologi
Ada dua versi cerita dalam penamaan nama Kabupaten
Tulungagung.
Versi pertama adalah nama "Tulungagung"
dipercaya berasal dari kata "Pitulungan Agung" (pertolongan yang
agung). Nama ini berasal dari peristiwa saat seorang pemuda dari Gunung Wilis bernama Joko Baru mengeringkan sumber air di
Ngrowo (Kabupaten Tulungagung tempo dulu) dengan menyumbat semua sumber air
tersebut dengan lidi dari sebuah pohon enau atau aren. Joko Baru dikisahkan
sebagai seorang pemuda yang dikutuk menjadi ular oleh ayahnya, orang sekitar
kerap menyebutnya dengan Baru Klinthing. Ayahnya mengatakan bahwa untuk kembali
menjadi manusia sejati, Joko Baru harus mampu melingkarkan tubuhnya di Gunung
Wilis. Namun, malang menimpanya karena tubuhnya hanya kurang sejengkal untuk
dapat benar-benar melingkar sempurna. Alhasil Joko Baru menjulurkan lidahnya.
Disaat yang bersamaan, ayah Joko Baru memotong lidahnya. Secara ajaib, lidah
tersebut berubah menjadi tombak sakti yang hingga saat ini dipercaya
"gaman" atau "senjata sakti". Tombak ini masih disimpan dan
dirawat hingga saat ini oleh masyarakat sekitar.
Sedangkan, versi kedua nama Tulungagung berasal dua
kata, tulung dan agung, tulung artinya sumber yang besar, sedangkan agung
artinya besar. Dalam pengartian berbahasa Jawa tersebut, Tulungagung adalah daerah yang memiliki
sumber air yang besar. Sebelum dibangunnya Bendungan Niyama di Tulungagung
Selatan oleh pendudukan tentara Jepang, di mana-mana di daerah Tulungagung
hanya ada sumber air saja. Pada masa lalu, karena terlalu banyaknya sumber air
disana, setiap kawasan banyak yang tergenang air, baik musim kemarau maupun
musim penghujan.
Dugaan yang paling kuat mengenai etimologi nama
kabupaten ini adalah versi kedua,[butuh rujukan]
penamaan nama ini dimulai ketika ibu kota Tulungagung mulai pindah di tempat
sekarang ini. Sebelumnya ibu kota Tulungagung bertempat di daerah Kalangbret
dan diberi nama Kadipaten Ngrowo (Ngrowo juga berarti sumber air). Perpindahan
ini terjadi sekitar 1901 Masehi.
Sejarah
Pada tahun 1205 M, masyarakat Thani Lawadan di selatan
Tulungagung, mendapatkan penghargaan dari Raja Daha terakhir, Kertajaya, atas
kesetiaan mereka kepada Raja Kertajaya ketika terjadi serangan musuh dari timur
Daha. Penghargaan tersebut tercatat dalam Prasasti Lawadan dengan candra
sengkala "Sukra Suklapaksa Mangga Siramasa" yang menunjuk tanggal 18
November 1205 M. Tanggal keluarnya prasasti tersebut akhirnya dijadikan sebagai
hari jadi Kabupaten Tulungagung sejak tahun 2003.
Bupati Tulungagung dan para pengikutnya
(1880-1920)
Di Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu, terdapat Candi
Gayatri. Candi ini adalah tempat untuk mencandikan Gayatri (Sri Rajapatni),
istri keempat Raja Majapahit yang pertama, Raden Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana), dan merupakan ibu
dari Ratu Majapahit ketiga, Sri Gitarja (Tribhuwanatunggadewi),
sekaligus nenek dari Hayam Wuruk (Rajasanegara), raja yang
memerintah Kerajaan Majapahit pada
masa keemasannya. Nama Boyolangu itu sendiri tercantum dalam Kitab Nagarakertagama yang menyebutkan nama Bayalangu/Bhayalango
(bhaya = bahaya, alang = penghalang) sebagai tempat untuk menyucikan dia.
Berikut ini adalah kutipan Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia:
Prajnyaparamitapuri itulah nama candi makam yang
dibangun
Arca Sri Padukapatni diberkati oleh Sang Pendeta Jnyanawidi
Telah lanjut usia, paham akan tantra, menghimpun ilmu agama
Laksana titisan Empu Barada, menggembirakan hati Baginda
(Pupuh LXIX, Bait 1)
Arca Sri Padukapatni diberkati oleh Sang Pendeta Jnyanawidi
Telah lanjut usia, paham akan tantra, menghimpun ilmu agama
Laksana titisan Empu Barada, menggembirakan hati Baginda
(Pupuh LXIX, Bait 1)
Di Bayalangu akan dibangun pula candi makam Sri
Rajapatni
Pendeta Jnyanawidi lagi yang ditugaskan memberkati tanahnya
Rencananya telah disetujui oleh sang menteri demung Boja
Wisesapura namanya, jika candi sudah sempurna dibangun
(Pupuh LXIX, Bait 2)
Pendeta Jnyanawidi lagi yang ditugaskan memberkati tanahnya
Rencananya telah disetujui oleh sang menteri demung Boja
Wisesapura namanya, jika candi sudah sempurna dibangun
(Pupuh LXIX, Bait 2)
Makam rani: Kamal Padak, Segala, Simping
Sri Ranggapura serta candi Budi Kuncir
Bangunan baru Prajnyaparamitapuri
Di Bayalangu yang baru saja dibangun
(Pupuh LXXIV, Bait 1)
Sri Ranggapura serta candi Budi Kuncir
Bangunan baru Prajnyaparamitapuri
Di Bayalangu yang baru saja dibangun
(Pupuh LXXIV, Bait 1)
2. Nasi Lodho Tulungagung
Nasi Lodho Tulungagung
ini mirip dengan kare ayam, perbedaanya ayamnya dipanggang/diasap dulu
dan disajikan bersama nasi/tiwul (tiwul adalah nasi yang terbuat dari
gaplek/singkong) juga di kasih pelengkap gudhangan (kudapan)
sayur-sayuran, namun dalam perkembangannya lebih banyak yang disajikan
(warung kaki lima) serupa dengan kare ayam. Lodho Tulungagung dibedakan
dalam 2 genre,yaitu Lodho kuah kental dan encer, kekentalannya berasal
dari konsentrasi santan, biasanya rasanya pedas,ayamnya ayam kampung.
Jenang Grendol ini terbuat dari
tepung kanji, umumnya makanan khas ini disajikan bersama dengan Jenang
Baning yang terbuat dari tepung beras serta Jenang Ketan dari bubur
ketan hitam. Secara terpisah Jenang Grendol disajikan dengan kuah santan
karena karakter jenang itu sendiri yang sudah manis namun apabila
dicampur akan diberikan kuah gula jawa/gula aren yang umum disebut
Juruh.
Sompil ialah makanan yang terdiri dari lontong yang diiris-iris, dan
ditambahkan lotho, jangan bung, dan bubuk kedelai diatasnya. Makanan
khas ini yang menjadi khasnya di karenakan pedasnya. warung sompil yang
terkenal di Tulungagung, terletak di depan "Rumah Ahli Nujum" yang
dulunya cukup terkenal di Tulungagung. Sompil ini sudah berdiri sejak
lama, mungkin sekitar 10 tahun lebih. Karena itu, sompil ini sudah
dikenal sejak lama di kalangan masyarakat Tulungagung.
Kebudayaan Khas / Tradisi :
- Suroan, dll.
- Tradisi Temanten kucing.
- Ulur-ulur.
- Jamasan Kyai Upas.
- Jaranan.
- Tiban.
- Karawitan/campursari.
- Reog Tulungagung.
- Ketoprak, seperti : Ketoprak Siswobudoyo.
Bila
Anda mempunyai rencana kunjungan ke Jawa Timur dan kebetulan akan
melewati Tulungagung, coba sejenak mampir untuk mencicipi nasi ayam
lodho. Ini adalah salah satu jenis makanan khas yang menjadi kebanggaan
masyarakat Kabupaten Tulungagung.
Nasi ayam lodho adalah makanan yang mempunyai bahan dasar ayam dengan rempah-rempah resapan bumbu bersantan. Jika dilihat dari wujudnya, mungkin sedikit serupa dengan opor atau kare ayam karena sama-sama berjenis masakan bersantan.
Meski terlihat serupa, nasi ayam lodho punya kekuatan cita rasa tersendiri. Selain memakai ayam kampung yang tentunya jauh lebih lezat ketimbang ayam negeri, bumbu-bumbu berupa rempah-rempah asli Indonesia menjadi salah satu faktor penentu yang membuat makanan ini begitu spesial di lidah.
Ciri khas nasi ayam lodho sebenarnya terletak pada citarasa pedas. Meski begitu hanya ada beberapa tempat yang khusus menyediakan menu nasi ayam lodho dengan rasa yang super pedas atau biasa disebut nasi ayam lodho setan.
Selain rasa pedasnya yang menggigit, keistimewaan nasi ayam lodho juga terletak pada racikan bumbu rempah dan santannya. Ayam kampung yang sudah terasa enak kian terasa nikmat dengan resapan bumbu rempah-rempah yang menggoyang lidah.
Biasanya untuk menghasilkan citarasa nasi ayam lodho yang sempurna, daging ayam diolah melalui dua tahap. Pertama, daging direbus dalam rendaman santan kelapa dan racikan berbagai jenis rempah-rempah, antara lain: cabai rawit, daun salam, lengkuas, serai, daun jeruk, garam, bawang putih, bawang merah, kemiri, ketumbar, dan jinten bubuk.
Setelah santan dan bumbu rempah-rempah benar-benar meresap, daging kemudian dibakar atau dipanggang di atas bara api dengan bahan bakar arang, baru kemudian disajikan bersama nasi putih hangat dan urap sebagai menu pelengkapnya.
Untuk menikmati nasi ayam lodho, Anda tidak perlu susah payah mencarinya karena Kabupaten Tulungagung dan wilayah sekitarnya banyak yang menjajakan makanan ini. Yang populer ada di Jalan Dr. Soetomo, Jalan WR Soepratman, Jalan Ki Mangun Sarkoro, Plusukandang, Sukoanyar.
Seporsi nasi ayam lodho dijual dengan harga yang bervariasi sesuai dengan daging ayam yang dikehendaki. Untuk porsi biasa dengan suwiran atau potongan daging ayam harganya Rp5000.
Jika Anda menginginkan dada ayam atau jeroannya, maka harganya naik menjadi sekitar Rp7000. Harga nasi ayam lodho akan bertambah mahal apabila Anda menghendaki potongan daging ayam yang besar, yakni sampai dengan Rp10.000 per porsinya - See more at: http://tulungagung.ucoz.ae/index/khas_tulungagung_ayam_lodho_superpedas/0-9#sthash.gFXWUCgt.dpuf
Nasi ayam lodho adalah makanan yang mempunyai bahan dasar ayam dengan rempah-rempah resapan bumbu bersantan. Jika dilihat dari wujudnya, mungkin sedikit serupa dengan opor atau kare ayam karena sama-sama berjenis masakan bersantan.
Meski terlihat serupa, nasi ayam lodho punya kekuatan cita rasa tersendiri. Selain memakai ayam kampung yang tentunya jauh lebih lezat ketimbang ayam negeri, bumbu-bumbu berupa rempah-rempah asli Indonesia menjadi salah satu faktor penentu yang membuat makanan ini begitu spesial di lidah.
Ciri khas nasi ayam lodho sebenarnya terletak pada citarasa pedas. Meski begitu hanya ada beberapa tempat yang khusus menyediakan menu nasi ayam lodho dengan rasa yang super pedas atau biasa disebut nasi ayam lodho setan.
Selain rasa pedasnya yang menggigit, keistimewaan nasi ayam lodho juga terletak pada racikan bumbu rempah dan santannya. Ayam kampung yang sudah terasa enak kian terasa nikmat dengan resapan bumbu rempah-rempah yang menggoyang lidah.
Biasanya untuk menghasilkan citarasa nasi ayam lodho yang sempurna, daging ayam diolah melalui dua tahap. Pertama, daging direbus dalam rendaman santan kelapa dan racikan berbagai jenis rempah-rempah, antara lain: cabai rawit, daun salam, lengkuas, serai, daun jeruk, garam, bawang putih, bawang merah, kemiri, ketumbar, dan jinten bubuk.
Setelah santan dan bumbu rempah-rempah benar-benar meresap, daging kemudian dibakar atau dipanggang di atas bara api dengan bahan bakar arang, baru kemudian disajikan bersama nasi putih hangat dan urap sebagai menu pelengkapnya.
Untuk menikmati nasi ayam lodho, Anda tidak perlu susah payah mencarinya karena Kabupaten Tulungagung dan wilayah sekitarnya banyak yang menjajakan makanan ini. Yang populer ada di Jalan Dr. Soetomo, Jalan WR Soepratman, Jalan Ki Mangun Sarkoro, Plusukandang, Sukoanyar.
Seporsi nasi ayam lodho dijual dengan harga yang bervariasi sesuai dengan daging ayam yang dikehendaki. Untuk porsi biasa dengan suwiran atau potongan daging ayam harganya Rp5000.
Jika Anda menginginkan dada ayam atau jeroannya, maka harganya naik menjadi sekitar Rp7000. Harga nasi ayam lodho akan bertambah mahal apabila Anda menghendaki potongan daging ayam yang besar, yakni sampai dengan Rp10.000 per porsinya - See more at: http://tulungagung.ucoz.ae/index/khas_tulungagung_ayam_lodho_superpedas/0-9#sthash.gFXWUCgt.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar